Sebab Dan Efek Cuci Darah


Jika fungsi ginjal tinggal 10 persen, biasanya dokter menganjurkan cuci darah. Cuci darah dilakukan karena ginjal tak lagi dapat melakukan tugasnya menyaring racun dari darah. Ginjal yang fungsinya sudah menurun sebanyak itu pun sudah tak mampu menghasilkan hormon pembentuk sel darah merah. Oleh karena itu, penderita harus terus menyuntikkan hormon tersebut ke tubuhnya. Terapi dengan biaya sekali datang Rp 500.000 ini bagaimana pun akan memberi efek samping.
Sementara itu, pada pencucian darah, orang diharuskan menjalankannya dengan teratur. Setidaknya dalam sebulan penderita harus melakukan cuci darah sebanyak delapan kali. Proses pencucian darah berlangsung sekitar 4-5 jam.

Dua Jenis Hemodialisis (Cudar)

Kini ada dua jenis cuci darah. Pertama, cuci darah konvensional melalui pembuluh darah. Pencucian darah ini dilakukan di rumah sakit. Biayanya mencapai Rp 4 juta-Rp 6 juta per bulan. Kedua, pencucian darah menggunakan alat baru. Alat baru itu menyambungkan plastik berisi cairan khusus pencuci darah melalui selang yang ditanam ke rongga perut. Pencucian darah berlangsung selama delapan jam. Selama pencucian darah, penderita bisa melakukan berbagai aktivitas karena cairan khusus pencucinya bisa dikantongi.
     
Meski demikian, tidak semua orang bisa melakukan terapi ini. Hanya yang betul-betul mampu menjaga kesterilan tubuh dan alat tersebut yang bisa melakukannya. "Untuk memasukkan selangnya saja penderita harus memakai sarung tangan," kata Rachmat. Biaya pencucian darah ini lebih mahal dari yang konvensional, bisa mencapai Rp 10 juta.
     
Sebagai catatan, orang yang mengalami gagal ginjal harus rutin mencuci darah. Dalam keadaan bertumpuk racun dalam ginjal, jantung bisa berhenti dan mengakibatkan kematian. Di Jawa Barat, belum semua kota/kabupaten memiliki rumah sakit yang melayani pencucian darah. Wilayah yang punya rumah sakit dengan fasilitas pencucian darah hanya Bogor, Kota Bandung, Sumedang, Tasikmalaya, Banjar, Cirebon, Sukabumi, dan Karawang.
    
Idealnya, orang yang mengalami gagal ginjal mengganti ginjalnya dengan cara pencangkokan. Namun, di Indonesia sulit mendapatkan ginjal untuk donor karena terkait dengan aturan hukum. Berdasarkan Undang-Undang Pencangkokan Organ, organ yang dicangkokkan hanya boleh didapat dari keluarga. Biasanya ginjal yang dipakai adalah ginjal dari keluarga penderita yang memiliki golongan darah dan jaringan yang sama. 
Betul-betul repot. Memang, lebih baik bergaya hidup sehat.

Gagal ginjal bukanlah penyakit yang datang tiba-tiba. Perjalanan penyakit tersebut cukup lama, belasan hingga puluhan tahun. Dalam rentang waktu yang panjang itu, sebetulnya banyak hal bisa dilakukan untuk menghindari kondisi gagal ginjal parah yang mengharuskan seseorang rutin melakukan cuci darah.

Menurut ahli ginjal dari RS Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Cikini, Jakarta Pusat, dr Tunggul Situmorang, perjalanan penyakit gagal ginjal mencakup lima fase.

Fase pertama , terjadi ketika fungsi ginjal masih di atas 90%, namun ada faktor risiko. Misalnya, seseorang memiliki riwayat keluarga penderita gagal ginjal, menderita diabetes, hipertensi, rematik, dan batu ginjal.
Fase kedua , lanjut dr Tunggul, terjadi ketika fungsi ginjal berada pada kisaran 60%-90%. Gejala-gejala ringan, seperti kebocoran protein pada air seni (urine) bisa dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium. Pada fase itu, penting untuk mencari dan menanggulangi faktor-faktor yang dapat mempercepat terjadinya gagal ginjal.

Fase ketiga , terjadi saat fungsi ginjal berkisar 30%-60%. Pada tahap itu, kadar hemoglobin (Hb) darah mulai menurun.

Fase keempat
, terjadi ketika fungsi ginjal tinggal 15%-30%, penderita mungkin mulai sering merasa lemas. Pada tahap itu, penderita sudah diharuskan bersiap-siap menghadapi kemungkinan cuci darah. ''Persiapan yang dimaksud juga meliputi persiapan mental dan dana,'' ujar dr Tunggul.

Fase kelima , terjadi ketika fungsi ginjal tinggal 15% atau kurang. Pada tahap itu, penderita sudah diharuskan cuci darah demi mempertahankan kualitas hidup yang baik.

Menurut dr Tunggul, bila tiap tahapan fase-fase tersebut diketahui sejak awal, pencegahan terjadinya gagal ginjal bisa dilakukan. Sayangnya, fase-fase perjalanan penyakit gagal ginjal terjadi secara perlahan dan sering kali tidak menimbulkan gejala.

''Perjalanan penyakit yang perlahan memberi kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi. Akibatnya, penderita mungkin tidak merasakan gejala yang mengganggu. Orang yang kadar hemoglobin (Hb)-nya turun jadi delapan secara tiba-tiba pasti akan merasakan adanya gangguan. Tapi pada orang yang Hb-nya turun jadi enam namun secara perlahan-lahan, bisa jadi tidak akan merasakan gangguan apa-apa, '' tambah dr Tunggul lagi.

Karena itulah, lanjut dr Tunggul, penting bagi setiap orang untuk mengetahui kondisi ginjalnya. Cara termudah yang bisa dilakukan adalah dengan memeriksakan urine ke laboratorium secara rutin.

''Pemeriksaan urine bisa menjadi screening awal. Melalui pemeriksaan tersebut, adanya kebocoran protein yang bisa menjadi penanda awal gangguan ginjal dapat terdeteksi, '' ujar dr Tunggul.

Selain itu, mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat juga penting dilakukan untuk mencegah gagal ginjal. Diabetes dan hipertensi merupakan faktor-faktor risiko terjadinya gagal ginjal. Karena itu, melakukan upaya menghindari kedua penyakit tersebut berarti mencegah terjadinya gagal ginjal.

''Jadi, hindari kegemukan dan makanan yang berpotensi meningkatkan kadar kolesterol, rutin berolahraga, dan kelola stres dengan baik, '' ujar dr Tunggul. Beberapa golongan obat-obatan, antara lain jenis penekan rasa sakit, diketahui juga memiliki efek samping yang mengganggu ginjal. Karena itu, pemakaian obat-obatan jenis tersebut harus dilakukan secara hati-hati.

Blog Ini Didukung Oleh :


0 comments:

Post a Comment