Meracik Obat dari Daun Tembakau
Bangga sekali petani tembakau dalam sebuah iklan rokok yang sering
ditayangkan stasiun televisi. Petani itu selalu bilang kepada
orang-orang bahwa ladangnya menghasilkan tembakau kualitas bermutu
khusus untuk rokok tertentu itu. Tapi petani itu akan lebih bangga jika
ia mengatakan, “Inilah tembakau kelas satu, bukan untuk rokok atau
cerutu, tapi untuk pabrik obat dan vaksin.”
Ya, daun-daun tembakau sebagai penghasil protein bahan baku obat,
antibodi, dan antivirus. Bukan mustahil. Kini berkat bioteknologi, dapat
dihasilkan biofarmasetik–produk farmasi berbentuk protein–dengan
menggunakan tanaman tembakau contohnya. Teknik ini lebih dikenal sebagai
pertanian molekuler (molecular farming).
Inilah yang kini dilakukan peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Cibinong, Jawa Barat,
bekerja sama dengan peneliti Fraunhofer Institute for Environmental
Chemistry and Ecotoxicology dari Jerman. Senin (7/3) lalu di Jakarta,
surat kesepakatan kerja sama itu ditandatangani Kepala LIPI Prof Dr Umar
Anggara Jenie, Vice President Fraunhofer Institute Dr Alfred Grossner,
dan Drs Gunawan Pranoto, Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk.
Kerja sama itu dua tahap. Tiga tahun pertama sejak 2004, antara LIPI
dan Fraunhofer mengembangkan tembakau transgenik, penanaman, sampai
pemurnian proteinnya dalam skala produksi massal. Tahap kedua, kerja
sama LIPI dan BPPT dengan PT Kimia Farma Tbk., Fraunhofer, serta
industri farmasi Jerman Bayer atau Medartis, untuk menghasilkan
obat-obatan yang sangat dibutuhkan Indonesia.
Tim peneliti LIPI dipimpin Dr Arief Budi Witarto yang mengepalai
Kelompok Penelitian Rekayasa Protein. Adapun tim Fraunhofer dipimpin Dr
Stefan Schillberg. Fraunhofer Institute yang berpusat di Schmallenberg
merupakan salah satu pusat riset unggulan di dunia untuk teknologi
pertanian molekuler.
Ada tiga protein utama yang akan dikembangkan dalam kerja sama ini,
yaitu human serum albumin (HSA), human interferon-alfa (IFN-a2), dan
antibodi M12. Di dunia, penggunaan HSA mencapai 550 ton per tahun,
termasuk yang terbesar, dan antara lain dipakai untuk pengobatan sirosis
hati dan luka bakar. IFN-a2 digunakan sebagai antivirus dan banyak
dipakai untuk pengobatan HIV/AIDS dan hepatitis. Sementara itu, antibodi
M12 untuk mengenali antigen MUC-1 yang banyak terdapat pada permukaan
sel kanker, seperti kanker payudara dan kanker hati. Dengan antibodi
M12, sel kanker dapat didiagnosis lebih akurat dan dibunuh secara tepat.
Menurut Arief, yang baru dalam proyek penelitian ini adalah
penggunaan kloroplas untuk mengekspresikan protein yang hendak
diproduksi tersebut. Gen protein tidak dimasukkan ke genom inti sel,
melainkan ke dalam genom kloroplas. Kloroplas adalah organel di dalam
sel tanaman yang melakukan fotosintesis.
Keuntungan penggunaan kloroplas, menurut Arief, karena dapat
melipatgandakan produksi. Warna hijau menunjukkan kandungan kloroplas
yang tinggi. Itulah sebabnya, protein itu akan diproduksi di daun. “Jika
dibandingkan dengan menggunakan genom inti sel, penggunaan kloroplas
ini akan meningkatkan ekspresi protein lebih dari 10 kali,” kata Arief.
Selain itu, faktor keamanan lingkungan. Salah satu isu kekhawatiran
terhadap tanaman transgenik adalah potensi terjadinya transfer gen
antara tanaman transgenik dan tanaman serupa secara alamiah melalui
perkawinan dengan bantuan angin atau serangga. Menurut Arief, tak
seperti inti sel, kloroplas tidak terdapat pada sel-sel pembuahan.
“Sehingga tidak mungkin gen protein tersebut bisa ditransfer,” dia
menjelaskan.
Tanaman tembakau dipilih sebagai media untuk menghasilkan
protein-protein obat itu karena masa tanamnya relatif singkat, sekitar
enam bulan. Selain itu, tembakau memiliki biomassa yang tinggi dan
penelitian tembakau transgenik sudah banyak tersedia.
Untuk proyek ini, digunakan teknologi tembakau transgenik yang
dimiliki Fraunhofer. Namun, menurut Arief, tembakau Jerman berbeda
dengan tembakau tropis. Itulah sebabnya, pihaknya sedang melakukan
kultur jaringan transformasi gen terhadap sekitar 10 varietas tembakau
lokal. Contoh varietas yang diteliti adalah Gobir dan Gewol dari Jawa,
serta Deli dan Andeh Gadang dari Sumatera.
Satu varietas yang terbaik akan ditanam di lahan milik LIPI di
Cibinong Science Center yang luasnya 160 hektare. Syaratnya, cocok
dengan tanah Cibinong yang berupa dataran rendah, tumbuh dengan baik,
artinya biomassa tinggi (daunnya lebar), struktur daunnya lembut untuk
memudahkan penggilingan, dan komposisi senyawanya tidak kompleks.
Arief mentargetkan pada tahun ini sudah mulai penanaman tembakau
transgenik itu di rumah kaca. Daunnya sudah dapat dipanen tiga bulan
berikutnya. Setelah itu, dilakukan ekstraksi dan pemurnian protein. Jika
itu berjalan lancar, akan dilanjutkan dengan penanaman di lahan terbuka
dan skala produksi pada 2006. [*]
***
Menanam Protein di Daun Tembakau
Tim peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI di Cibinong, Jawa
Barat, yang dipimpin Dr Arief Budi Witarto, bekerja sama dengan tim
peneliti Fraunhofer Institute for Environmental Chemistry and
Ecotoxicology dari Schmallenberg, Jerman, mengembangkan pertanian
molekuler berupa tiga protein bahan baku obat, antibodi, dan antivirus,
pada daun tembakau transgenik. Istimewanya, transformasi gen itu
menggunakan kloroplas bukan inti sel sehingga dianggap lebih aman dan
ramah lingkungan. Protein utama yang akan diproduksi itu adalah human
serum albumin (HSA) untuk pengobatan sirosis hati, human interferon-alfa
(IFN-a2) sebagai antivirus HIV/AIDS dan hepatitis, serta antibodi M12
untuk mengenali antigen MUC-1 yang banyak terdapat pada permukaan sel
kanker payudara dan kanker hati.
Dengan teknologi rekombinan DNA (deoxyribonucleic acid pada 1973 yang
memungkinkan memproduksi protein yang dikehendaki dalam jumlah besar.
Penelitian ini semakin maju ketika ahli bioteknologi menemukan teknik
perubahan asam amino penyusun suatu protein di situs yang diinginkan
saja (site-directed mutagenesis) pada 1978.
Kloroplas: organel sel yang ditemukan di semua sel tumbuhan
tingkat tinggi yang berfungsi melakukan fotosintesis. Kloroplas
mengandung klorofil atau zat hijau daun. Bentuknya mirip dengan
mitokondria, tapi hanya ditemukan pada sel tumbuhan.
Stroma: Cairan yang mengandung DNA sirkular dan ribosom.
Thylakoid: Bentuknya seperti cakram. Di dalamnya terdapat
ruangan yang disebut lumen. Di permukaan thylakoid inilah terjadinya
fotosintesis.
Granum: Tumpukan thylakoid.
Teknik pentransferan gen dapat menggunakan bakteri tanah dan bisa juga dengan alat penembak partikel
Blog Ini Didukung Oleh :
0 comments:
Post a Comment